Friday, June 21, 2013

Pilihan

Semalaman aku habiskan untuk mengendapkan pikiran. Tidak di rumah. Sengaja aku pergi berbekal sebuah tas ransel sekolah yang berisi laptop dan pakaian ganti ke sebuah hotel bintang empat di pusat kota. Kondisi kamarku cenderung memberi efek distraksi, sehingga aku lebih memilih mengeluarkan sedikit biaya ekstra demi mendapatkan ketenangan dan kenyamanan, serta kupon sarapan buffet di restoran hotel mahal.

Sesaat sebelum bersiap untuk check-out dari hotel, aku meraih ponselku. Berulang kali aku meyakinkan diri untuk tidak lagi meragu: aku mengambil pilihan yang benar, aku tidak akan menyesal. Nada sambung yang akhirnya terdengar membuat jantungku berdebar jauh lebih cepat.

“Halo?”

“Aku mau,” sambarku cepat, tanpa basa-basi. Takut kalau-kalau terlalu lama bisa membuatku berubah pikiran lagi.

Ada jeda sementara, mungkin untuk mencerna kata-kata yang kulempar begitu saja.

“Oh,” ucapnya akhirnya. “Baguslah, kalau begitu.”

“Iya, kan?” Aku setengah tertawa. Lega rasanya.

“Jadi, mau yang abu-abu atau hitam putih?”

“Apa?”

“Sebenarnya, anak kucing persia yang mau diberikan untuk diadopsi ada dua, yang abu-abu garis hitam dan putih totol hitam. Kamu mau aku bawakan yang mana?”

Aku terdiam, tidak mampu berkata apa-apa.

“Halo?”

Sepertinya aku butuh satu malam tambahan untuk mengendapkan pikiran di hotel ini, lagi.

4 comments:

  1. Hahaha ... gw kirain :/

    Pilih yang putih totol hitam saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. HIhihi, sengaja itu mah, kan flashfiction :))

      Delete

What do you think?