Hari Kamis kemarin saya datang ke acara resepsi pernikahan seorang teman sekelas waktu SMA dan bertemu beberapa teman lama. Dan bagi yang udah baca blog saya dari jaman-jaman alay (sekarang juga masih): iya, saya ketemu Si Cemen. Hahaha.
Sejujurnya saya belum pernah bertemu dengannya sejak kira-kira 4 tahun yang lalu, juga nggak berteman di sosial media manapun. Tapi ternyata dia tahu saya kuliah di mana. Apa ini berarti saya populer? Atau jangan-jangan... dia baca blog saya?? *brb gali kubur*
Omong-omong, bukan Si Cemen yang ingin saya bahas di posting kali ini. Bukan pula tentang teman-teman seangkatan saya yang satu persatu sudah mulai menikah, sementara saya datang sendirian ke kondangan padahal di kartu undangan jelas ditujukan kepada Saudari Miko/Partner. Sebenarnya nggak sendirian juga sih, tapi teman saya yang janjian mau masuk ke gedung bareng masih belum datang juga, sehingga saya bengong di parkiran dan saya curiga tukang parkirnya ge-er saya ngeliatin dia padahal saya sedang menatap jalan raya penuh harap akan kedatang sang teman tercinta. Akhirnya saya memutuskan masuk sendirian dan mencari teman di dalam sana, syukur-syukur sekalian ketemu teman hidup. Penyambut tamu yang saya salami nampaknya heran karena saya datang sendirian. Mudah-mudahan tampang saya keliatan muda ya, karena sesungguhnya masih mending dikira jomblo daripada dikira janda.
Di dalam, saya duduk bengong episode dua, menunggu sang teman datang sekaligus mencari teman hidup SMA yang lainnya. Setelah beberapa menit berlalu hanya memperhatikan bocah-bocah yang jongkok-jongkok di dekat kaki saya memberesi mangkok bakso, teman saya pun datang dan ahirnya saya bergabung dengan beberapa teman lain untuk bertukar sapa.
Di sini lah masalah dimulai. Teman-teman yang tidak tahu mulai bertanya, "Chi sekarang kuliah di mana?"
Pertanyaannya masih gampang. Saya jawablah, "Udah lulus kok, ehehe."
Lalu level meningkat. "Oh, ya, dari mana?"
Dijawab dengan masih oke, "****, hehe."
Pukulan terakhir: "Ooh, berarti sekarang udah kerja?"
Itu adalah pertanyaan paling malesin nomer satu di dunia saya, diikuti dengan 'apa sih bagusnya MBLAQ?'. Kalau lagi rajin, saya jelasin kenapa saya masih belum berstatus pegawai baik magang ataupun tetap. Kalau males, ya biarlah mereka menganggap saya pengangguran berpendidikan yang lebih milih menghambur-hamburkan duit orangtua daripada cari kerja, terserahlah. Saya bukannya marah sama orang yang nanya atau gimana, cuma sebel sama pertanyaannya aja, kok. Mereka pasti tahu bahwa ini pertanyaan sensitif, kayak ditanyain kapan lulus terus saat banyak mata kuliah yang ngulang atau skripsi sama sekali nggak ada kemajuan. Hihihi.
Sebenarnya, masih bukan itu yang ingin saya bahas. Tetapi berhubung sudah terlanjur melantur ke mana-mana dan jempol ataupun telunjuk kalian pasti udah gatel pengen mencet tombol close window, lebih baik saya berhenti sebelum dituduh melakukan pelecehan terhadap intelektualitas kawula muda.
Hahaha... Aku malesnya kumpul sama orang yang aku kenal tapi nggak ngerti keadaan ya gitu itu lho.
ReplyDeletenah iya kan? hahaha. dulu awalnya biasa aja sih ditanyain gitu, tapi lama kelamaan gondok juga :p
DeleteJadi ci, apa sih bagusnya MBLAQ??? XD XD XD...
ReplyDeleteLapor!!!
kemarin udah ke psp ternyata tak sesuai harapan banyak toko buku yang udah gulung tikar.. Lalu banting stir ke menara,,, dan lagi-lagi nda ada buku yang sreg... berakhir makan cai kue di d'bambu...
* filosofinya, buku tak dapat cai kue pun jadi....
ituuu di post selanjutnya xD
Deletendak ade lagi harapan toko buku murah lah kalo gitu .___.
rase pengen makan cai kue gak malah jadinye nihhh :Q