Semua bermula dari pesan singkat Aji di
WhatsApp selang berapa hari sejak kepulangan saya dari Jakarta: Des, ke Bu Nina, yok!
Sekedar informasi, Aji adalah teman
seperjuangan dan sepengangguran yang sama-sama sudah berbulan-bulan tak
menginjakkan kaki di kota Pontianak, sedangkan Bu Nina adalah nama sebuah rumah
makan ayam penyet yang tersohor karena sambalnya yang luar biasa (contoh
keluarbiasaan, saya pernah keasikan nyocol sambel sambil air mata bercucuran
dan keluar ingus kayak Bo teman Shin-chan).
Karena sedang nganggur dan laper, saya pun
tanpa babibu mengiyakan. Kebetulan memang sudah masuk jam makan siang dan saya
juga sudah kangen makanan satu itu. Begonya, kami pergi di jam makan siang, dan
saat kami sampai di sana ruko tempat Ayam Penyet Bu Nina berada sudah penuh-nuh-nuh,
bahkan kayaknya ada waiting list segala. Gaya banget kan, padahal cuma warung
makan biasa. Tukang bakar-bakar ayam yang memang berada di bagian depan udah
ngasih kode-kode entah bahasa tarzan atau bahkan semaphore (serius! Pake angkat
lengan trus disilang-silang sambil pegang kipas) kalau tempat makannya sudah
penuh.
Saya nggak punya Plan B, orang saya cuma nurut
aja karena diajak. Kalau nggak jadi paling saya lanjut gegoleran di kasur kayak
anemon laut.
Tanpa disangka-sangka, takdir membawa kami
menuju Chili and Tomato. Aji sih, memang pengen nyobain tempat makan yang
terletak di ruko kompleks Ayani Mega Mall ini, entah karena pengen makan pasta
atau karena logo Chili and Tomato mirip lambang Hogwarts. Masalahnya, berhubung
kami berdua belum pernah makan di tempat itu, rasa was-was kalau harga
makanannya kelewat mahal lalu timbul. Maklum, orang susah.
Akhirnya kami memutuskan untuk masuk saja
karena kuliner dalam gedung mal lebih nggak ada yang menggugah selera. Kami
disambut dengan waitress yang langsung nyamber, “Maaf, tapi menu steaknya lagi
kosong.”
Saya sih lempeng aja soalnya kan saya
nggak mampu beli steak suka makan daging.
Nah, intinya kami berdua pesan carbonara
yang menjadi pokok postingan kali ini. Berhubung konsep Chili Tomato ini
semacam open kitchen, saya jadi tahu kalau ternyata masaknya nggak terlalu
lama, dan cukup menggunakan kompor gas dan teflon saja.
Sekian intermezzo nya. Iya, tadi itu cuma
intermezzo. Kalian saya jebak untuk membaca sampai baris ini karena saya mau
pamer.... resep. Yes, you heard that right. Resep carbonara. Silakan tepuk
tangan sekarang. *digampar teflon*
sejak awal udah niat mau masukin blog, jadi nekat ambil foto B) |
Banyak teman-teman yang meragukan
kemampuan masak-memasak saya. Dibilang cuma bisa masak aer lah, mi instan lah,
telor gosong, dll. Mungkin mereka berpikir seperti itu karena penampilan saya
yang masih dibawah umur sehingga dikira belum ngerti apa-apa :’)
Saya berniat menampilkan resep karena
ingin pencitraan bisa masak berbagi pengalaman memasak makanan yang
nggak biasa, sekaligus nggak ribet. Buat yang lagi nganggur di rumah, atau anak
kosan yang bosen sama makanan itu melulu di warteg, bisa mencoba karena resepnya
sudah dimodifikasi jadi sesimpel mungkin.
Resep Carbonara
Bahan-bahan
• 80 gr fettucine (ini cuma preferensi saya. Bisa menggunakan jenis pasta apapun kok.)
• Daging burger, iris memanjang
• 100 ml UHT milk
• Keju cheddar secukupnya, parut (saya menggunakan kira-kira ¼ blok)
• Margarin secukupnya
• 4 siung bawang putih, rajang kecil-kecil
• Lada
• ½ sdt garam
• Oregano
• Penyedap rasa (optional)
1. Rebus fettucine dalam air mendidih yang sudah dibubuhi sedikit garam selama kira-kira 10-12 menit. Tambahkan sedikit minyak supaya nggak lengket, kemudian tiriskan.
2. Tumis bawang putih dengan margarin sampai harum, lalu tambahkan daging burger.
3. Masukkan susu, garam, lada, penyedap rasa, dan oregano secukupnya ke dalam tumisan dengan api kecil, aduk hingga rata.
4. Tambahkan parutan keju, masak hingga keju mencair dan mengental sehingga tercampur sempurna.
5. Tambahkan fettucine, aduk beberapa saat hingga saus karbonara merata.
6. Sajikan di atas piring, taburi oregano di atasnya.
Dijamin enak. Well, at least it’s edible
:p
Oh iya, intermezzo tadi ada lanjutannya.
- Harga seporsi carbonara di Chili and Tomato lumayan terjangkau kok (IDR 25,000) sehingga saya dan Aji bisa pulang dengan selamat.
- Sepulang dari Chili and Tomato, saya cerita ke Mama kalau saya nggak jadi makan di Ayam Penyet Bu Nina padahal udah kepengen gara-gara rame. Besoknya, Mama saya pulang dari kantor di jam makan siang sambil membawa ayam penyet keramat itu! Isn’t it sweet? :’)
Kangen ayam penyet bu Nina.... Hiks
ReplyDeleteKemaren pulang nda sempat beli... :(
makenye pulang~ ahahahak
Deletehaha, aku belom pernah kesana.
ReplyDeletetapi, untung des ndak kejebak hujan yang (superb) lebat lengkap dengan angin yang (nyaris) membuat motor goyang. :)
*tragedi sabtu.
hahahaha itu sih tragis sekali. perlu ditulis di blog ndak ye? tapi suram :))
Deleteenak kah? blum pernah ke situ' padahal aky pernah tinggal dekat situ' juga
ReplyDeleteoh tinggal dmn emang?
Deletelumayan kok, sekarang juga seringnya rame pdhl tempatnya nda terlalu besar jadi sering nda kebagian tempat duduk haha
aye tinggal di Putussibau, tapi kalo ke pontianak tinggal di A YANI II dekat Tunas Bangsa :) jadi pengen ke sana
ReplyDeleteoh umayan jauh juga ya di putussibau, saya belum pernah ke sana hehe
Deletesering ke pontianak ye mba? ntar cobain ajaa :D
dulu' saya kuliah.... sekarang sich jarang ke Ponti... yaa kalau ke pontianak ntar aye coba :)
Delete