Monday, October 08, 2012

Gembel dan Seratus Juta


Pembicaraan ini sudah lama, sudah basi. Harusnya. Tetapi mau tidak mau muncul lagi ke permukaan gara-gara buku angkatan. Saat itu kami sedang kumpul-kumpul di kamar kost-kostan salah satu personil—tanpa formasi lengkap karena personil yang satu lagi sedang sibuk menjemput nyonya besarnya—dan mengomentari beberapa foto di buku angkatan tersebut. Lalu saya terpaksa harus menunjukkan sesuatu, dan komentar itu pun muncullah.

“Hah, serius? Kok bisa?” dan sejenisnya langsung mengalir dari mulut bocah-bocah yang walaupun kurang ajar tetapi sudah saya anggap seperti abang sendiri.

Saya malas menjawab, cuma mesem-mesem sendiri. Entah senang atau sedih, hahaha.

Dan tentu saja, tidak cukup satu komentar. Level penghinaan semakin naik dan naik sampai akhirnya keluarlah kalimat pamungkas itu: “Ibaratnya kayak gembel dikasih duit seratus juta, terus dibuang gitu aja.”

Tawa pun meledak, termasuk dari saya yang ikut-ikutan sumbang suara. Selama lima belas menit kemudian tema pembicaraan masih seputar itu, sebelum bola panas itu saya lempar ke mereka yang saya tuduh belum move-on, maho, dan sebagainya.

Diam-diam, pikiran saya sudah penuh saja.

Gembel? Mungkin. Seratus juta? Mungkin juga. Tetapi mungkin si gembel bukannya bodoh karena membuang duit seratus juta, tapi sebenarnya jauh lebih cerdas, karena tahu duit seratus juta tadi memang ditujukan bukan untuknya. Bagaimana nanti bila ternyata itu cuma duit pinjaman, lalu saat sedang senang-senangnya dinikmati, tahu-tahu sudah terjerat lilitan utang?

Sudahlah. Si gembel lebih baik berberes hidupnya dulu, supaya tidak gembel lagi. Naik level, gitu. Jadi suatu saat, jika diizinkan untuk mendapatkan uang seratus juta atau lebih besar lagi, tidak akan ada lagi yang terkaget-kaget, heran, atau berpikir macam-macam. Karena memang sudah pantas dan sewajarnya diterima, jadi tidak akan dibuang. Tidak lagi. J

No comments:

Post a Comment

What do you think?