Tuesday, June 03, 2008

Gila Pra Ujian

Pernah menghadapi sesuatu yang terlalu sulit, terlalu rumit, bahkan terlalu melelahkan untuk sekedar kita pikirkan?
Begitulah kira-kira yang terjadi pada diriku sekarang ini.

Besok dan seminggu kedepannya adalah hari menegangkan sedunia, dimana hidup mati ku akan kugantungkan pada enam hari penuh onak dan duri tersebut. Tebak apa: ujian semester.

Kubilang menggantungkan keputusan hidup atau mati ku karena jika nilai semesterku hancur, maka nilai raporku juga bakal hancur (karena notabene ulangan harian ku bahkan jauh lebih hancur dari sikap si Cemen), dan itu berarti aku tidak akan naik kelas, dan Mama akan mencekikku sampai mati, atau kalaupun aku masih hidup, aku akan disuruh berjualan daun ubi.
Sebenarnya frasa yang tepat adalah keputusan hidup atau mati atau jualan-daun-ubi, tapi berhubung jualan-daun-ubi sama sekali nggak terdengar oke, kuputuskan menuliskannya hidup atau mati saja.

Ujian semester memang membebani pikiran, tapi seakan itu belum cukup, datanglah bertubi-tubi tugas yang harus diselesaikan besok.
Besok, lho, besok! Dimana jadwal ulangannya adalah Matematika dan PKn!
Okeh, PKn emang nggak patut dicemaskan, karena, omong-omong, siapa yang mau belajar PKn kalau besok ada ulangan Matematika?
Pasti bukan aku.

Yah, hari ini memang cukup buruk, bahkan dimulai dari pagi harinya.
Pagi ini, aku tiba-tiba sangat-sangat-sangat menyukai lagu Bonnie Pink yang judulnya It's Gonna Rain. Karena tragedi abu-abu plastik yang menyebalkan. Biar kuceritakan.

Setiap pagi aku bangun mepet-mepet waktu sholat dhuha, alias kesiangan. Pokoknya, dimana Papa dan Dedek sudah melesat menembus keramaian jalan raya, aku baru selesai mandi.
Great.
Lalu jam setengah tujuh, hujan mulai turun.
Aku selesai berkemas dan siap berangkat baru pada pukul enam empat lima. Dan, yah, hujan.
Tak ada Papa yang bisa nganterin.
Artinya? Mesti pake mantel. M-A-N-T-E-L.

Mama memaksaku pake mantel, meski aku menolak habis-habisan. Tapi ibu-ibu emang punya tenaga dalam yang bisa membuat orang tak berdaya: aku terpaksa pake mantel.

Maka melajulah aku ke jalan raya dengan mantel abu-abu laknat itu, dan menggumamkan sebaris lirik lagu It's Gonna Rain: Daikirai ame nanka...*

Pake mantel merupakan pengalaman buruk. Aku hampir mati kehabisan napas karena mantel nista itu menjerat leherku dan membuatku kesulitan bernapas, seakan dicekik. Belum lagi pandangan orang-orang, dimata mereka aku pasti ibu-ibu aneh yang pengen belanja ke Pasar Flamboyan. Bener, deh.
Nggak lagi-lagi aku ke sekolah pake mantel.

Di sekolah, kenyataan besar seakan menjeratku dalam pasir isap yang tiada berujung.

Tugas biologi mesti dikumpulin besok.
Aku terkesiap. Mana mungkin fotokopian-fotokopian gila itu masih utuh kalau dipegang denganku??

Tugas TIK mesti dikumpulin besok.
Bagus... bagus, sekali. Dia (guru TIK-ku) pikir tugas itu semudah perkalian satu???
Banyak... dan menyebalkan!!

Semua hal membuatku tambah gila.
Maka aku dan tiga orang temanku; Arta, Astri, Ovi, mulai berkeliaran di kelas seperti orang gila.
Mulai dari Ular Naga, Cheers Wannabe (Febi as MC), RONCAR Anti Maling Live Show (Febi as MC), sampe akhirnya Main Jengkal.

Ada yang nggak tau main jengkal?
Itu semacam permainan anak tradisional, yang, omong-omong, nggak jelas esensinya.
Pokoknya di permainan ini, kaum adam; Shiddiq, Wahyu, Ridho, Akim, mulai ikut berpartisipasi.

Aku dan Astri jaga, saling berpegangan tangan untuk membentuk formasi-formasi aneh untuk dilompati.
Permainan ini thrill-nya cukup tinggi, terutama bagiku dan Astri karena resiko terinjak, tertendang, tersepak, dan terluka sangatlah besar, mengingat para pemain menggunakan sepatu (yang cowok).

Selesai main, lanjut ke permainan Lubang Buaya, khusus untuk cowok, karena sangat nggak fair dan berbahaya buat cewek.
Karena dirasa sangat nggak adil, kita beralih ke permainan lain.

Main DoMiKado.
Semacam main saling tepuk tangan kawan disebelah, pokoknya semacam itulah.
Heboh, penuh teriakan dan umpatan, ajang yang paling tepat untuk menepuk keras-keras telapak tangan teman kita tanpa beresiko di tampar.

Main Gembel.
Permainan dengan kedua jempol tangan masing2 pemain. Agak sulit untuk main dengan 8 orang, karena, omong-omong, jadi ada 16 jempol.

Kecapekan dan merasa bau keringat, kami pun bubar.

Jam pelajaran terakhir adalah jam Bu Nunung.
Ulangan.
Sialan.

Kita disuruh membaca sebuah cerpen di buku, dan tebak apa soal ulangannya: menulis ulang cerpen tersebut!
Damn shit.

Kenapa kelasku, XI IPA 1, yang sensasional dan dicintai para guru ini musti mendapatkan guru standar rendah semacam itu???

Aku mengerjakan ulangan dengan setengah hati, tapi entah kenapa aku berhasil menceritakan ulang cepen tersebut sebanyak satu lembar.
Omong-omong, ulangannya cuma lima belas menit.

Lalu pas pulang, papan tulis pun penuh tulisan yang isinya kisi-kisi ulangan Fisika dan Biologi.
Aku malas mencatat. Dan ngacir pulang.

Kenapa di sekolah tadi aku harus bermain-main dengan bodohnya alih-alih belajar matematika atau ngerjain TIK?

Kenapa pula aku malah duduk di depan komputer dan menulis posting ini???



*I really hate the rain...

2 comments:

  1. desy..
    gimana ne..
    aq takud rank 30-an..
    aku takud nd naek kelas..
    huhuhuhu.
    sejujurnya, aq gag tw mu ngomend apa..
    huxhux

    ReplyDelete
  2. hahaha... bisa gila..

    @atas
    aq malah pernah dpet rank ke 2 dari belakang. haha, jadi setingkat ama anak paling .... di kelas.. hahaha

    ReplyDelete

What do you think?