Tuesday, May 20, 2008

Style Thief

Aku baru pulang dari JJGKM, atau yang lebih enak jika kita sebut dengan Jejegekem (Jalan-Jalan-Gila-Kena-Macet).
Hei, ini macet bukan sembarang macet. Macet kali ini gara-gara Pekan Gawai Dayak. Buat orang Pontianak yang nggak tahu ini, silakan nyeburin diri ke Sungai Kapuas, tapi buat orang luar Pontianak yang baca (harapan semu), biar kujelaskan.

Pekan Gawai Dayak adalah... mm, suatu... mm.. okeh, aku nyerah. Bentar, aku cari sumber. Silakeun klik di sini">

Nah, itulah dia si jali-jali, maksudku si Gawai Dayak.

Aku lumayan suka ngeliat acara-acara macam begini, lucu aja ngeliat mereka pake baju adat dan nari-nari diatas mobil pick-up. Bener, deh. Bagi Anda yang pernah menyaksikannya pasti bakal berpikir begitu.
Satu-satunya hal yang kubenci dari semua ini adalah MACET-nya, ya ampun!!
Ini musim kemarau, sinar matahari di musim ini bisa menjadi alat tenning yang paling ampuh, juga memultifungsikan aspal menjadi papan penggorengan.
Dan ini juga tanah khatulistiwa, dimana matahari dapat berada tepat di atas kepala dan bersiap memanggang apa yang ada di bawahnya.
Dimana berada di jalan raya dengan kendaraan tanpa atap adalah sebuah petaka.
Kena macet pula!
Ha!

Suatu saat, jika hal ini akan terjadi lagi, aku nggak akan segan-segan memakai aftershave. (boong banget. lagian nggak punya juga. omong-omong, aftershave apaan?)

Satu hal bagus hari ini. Aku membeli sebuah novel berjudul To Kill A Mockingbird karya Harper Lee. Hohoho. Akhirnya aku punya juga novel yang berbonuskan pembatas buku.


Mm, sesuai judulnya, di posting kali ini aku emang lagi pingin ngebicarain tentang pencuri gaya, yang identitas aslinya adalah si Cemen (okeh, ini emang bukan identitas asli melainkan nama yang telah kuciptakan sebelumnya untuk melindungi dirinya yang begitu memukau).

Aku lebih senang menyebutnya pencuri gaya dibanding copy cat bukan berarti karena dia punya modus operandi, tetapi melainkan karena setiap gaya yang telah ditirukannya, tidak akan pernah sudi dipakai oleh si pemilik asalnya, meski dengan beberapa perkecualian (aku). Satu alasan lagi, nama copy cat terlalu manis untuknya, terutama bagian 'cat'-nya, karena, omong-omong, tapak kaki Blacketet yang kotor saja tidak lebih menjijikkan dibanding dia (sadis).

Pencuri gaya. Gaya yang kumaksud bukan desain busana atau sesuatu semacam itu, melainkan, apa ya, semacam tindakan unik yang biasa kita lakukan berulang-ulang tanpa kita sadari.
Misalnya, dimana seluruh orang dunia mengupil dengan jari kelingking tangannya sendiri atau alat pengupil (kalau ada), kita menggunakan jempol tangan orang lain. Ya, gaya seperti itulah yang kumaksud.
Dan dia mencurinya! Maksudku, mencuri gaya saja sudah menjijikkan, tetapi lebih menjijikkan lagi mencuri gaya orang yang mengupil dengan jempol orang lain.
Ah, tapi dia tidak mencuri gaya orang manapun yang mengupil dengan jempol orang lain. Setidaknya belum.

Dia pernah mencuri gayaku.
Gayaku benar-benar bukan gaya yang oke, sungguh, malah terkesan barbar, tetapi tetap saja dia menirunya. Dan bukan hanya satu, tetapi LIMA. Biar kubuat daftar.

1.Aku muak dengan namaku maupun nama panggilanku yang pasaran, sehingga aku memutuskan membuat nama baru yang cukup unik dan mengumumkannya kepada teman-temanku. Ia mendengarnya.
Besoknya, ia menyebut dirinya dengan nama baruku itu.
(well, ini mungkin adalah pencurian nama, bukan pencurian gaya, tapi setidaknya tidak terlalu jauh dari konteks. Kata dasarnya tetap 'curi'.)

2.Aku punya kebiasan buruk dimana aku senang mengacak-ngacak rambutku dengan brutal tanpa sadar saat aku sedang cemas atau bingung.
Waktu ia bercerita pada Echa tentang kebingungannya mengenai entah apa, ia mengacak rambutnya. Dasar rubah betina.

3.Kata-kata keluar dari mulut tanpa sengaja, dan aku punya kata-kata andalan yang selalu kuucapkan hampir setiap saat pada anggota bipbip dan juga I'a.
Sekali lagi, ia ikut-ikutan mengatakannya.

4.Aku senang tertawa. Itu membuatku bahagia. Hanya saja kebahagiaanku itu membawa pengaruh buruk pada orang disampingku, karena saat aku mulai tertawa sangat hebat, aku akan memukul siapapun/apapun yang berada di dekatku kecuali Winda (aku tak tega menyakitinya), si Cemen (begitu menjijikkannya), cowok (no comment) dan wajan berisi minyak panas serta hal-hal lain yang tak patut di pegang.
Bahkan perilaku tak terpuji ini mulai ditirunya! Ha!

Omong-omong, mungkin ada yang menyadari kenapa cuma ada empat poin dan bukannya lima seperti yang kutuliskan secara spektakuler di atas.
Alasannya adalah karena LIMA mempunyai impact yang lebih besar di banding EMPAT yang terdengar tanggung. Coba rasakan sendiri.
Yah, aku bisa saja menuliskan LIMA KURANG SATU, tapi itu bahkan terlihat lebih nggak oke.

Dia berkiprah di bidang curi-mencuri ini belum lama, tetapi tidak sedikit gaya yang berhasil di curinya.
Aku tidak bisa menuliskannya satu persatu berhubung aku nggak bakalan bisa menggambarkannya dengan baik, dan juga aku mulai malas untuk lebih banyak membicarakan tentangnya.
Sudah cukup membicarakannya di kelas, di les, di jam kosong, di ekskul, di mal, di musholla, dan di rumah teman.

No comments:

Post a Comment

What do you think?