Tuesday, May 13, 2008

Jangan Abaikan Pesan Orangtua

Barusan... sangat barusan.. aku mengalami hal bodoh yang kupikir merupakan azab gara-gara mengabaikan pesan Mami tercinta (okeh, mungkin emang udah pasti azab, bener deh). Biar ku ceritakan.

Hari ini Asutarin (well, lama-lama capek juga nulis namanya panjang-panjang. mulai sekarang kita tulis namanya dengan benar: Astri)ngadain makan-makan dalam rangka ultah doski yang ke tujuh belas. Suit sepentin, euy! Dirinya pun mengundang para undangannya sekalian untuk datang ke rumahnya jam empat.
Okeh, karena ini Indonesia, jangan harap ada yang datang jam segitu, karena bahkan aku si Jepang ini (ehem, ehem) datang jam setengah lima dan itupun masih suangat sepi.
Tanpa kado. Drama lama.
Dan coba tebak makanan (alasan utama para undangan hadir ke tempat orang yang diundang)apa yang disajikan di meja?
Sate.
Ya Tuhan, sate lagi.
Drama kamuflase tusuk sate pun akan kembali dimulai.
(Keterangan tambahan: Penampilan perdana drama "Kamuflase Tusuk Sate" di ultah Laila, terima kasih untuk Astri yang menghabiskan sateku dan menyumbangkan tusuk satenya di piring bekas makanku sebagai hiasan. Penampilan kedua di ultah Arta, terima kasih untuk Febi dan Ovie yang menghabiskan sateku dan menyumbangkan tusuk satenya di piring bekas makanku sebagai hiasan.)

Aku yang lupa ngasih tahu ibunda, yang sedang pergi keluar, bahwa aku juga sedang pergi ke rumah Astri pun mengirim sms pemberitahuan (contoh nyata anak yang berbakti pada orangtua: kalau mo pergi kemana-mana bilang dulu).
Mama pun me-reply dengan jawaban singkat tapi padat aksen Melayu : "Ye, jangan sampe malam."

Hanya saja demi menunda penderitaan dalam melakukan drama "Kamuflase Tusuk Sate" (bayangkan, karena drama ini aku cuma makan lontong doang. Lontong oh lontong!)tanpa sadar hari sudah maghrib saat aku mulai makan. Means one thing: pesan mama tlah kulanggar.

Tapi aku tetep santai-santai aja. Maksudku, yah, maghrib ini, kok. Aku toh bukannya pulang jam 12 malam kayak si Cinderella. Jadi selesai makan, aku pun berbasa-basi sedikit, baru memutuskan untuk pulang (biar nggak dituduh SMP = Selese Makan Pulang).

Maka aku pun mem-baibai-kan anak-anak lain yang masih di rumah Astri, sambil membatin nista, "Siap-siap, lu pade bakal dijadiin babu buat beres-beres," dan melenggang menuju si mobek tercinta.

Angin malam menghembus tubuhku, membuat cardigan-ku berkibar-kibar, membuat panorama langit bertabur bintang terlihat semakin mempesona. <-- okeh, aku nulis sampah
Pokoknya, saat melewati gapura kompleks Astri, pluk, sesuatu jatuh ke lengan kiriku.
Aku melihat sekilas benda yang terjatuh di atas cardigan pink itu.
Cicak.
Ya, cicak. C-I-C-A-K~
APAAA???!!!!

Aku langsung menggelepar-gelepar nggak karuan di atas mobek kayak kena step (sumpah!).
Geleparan pertama si cicak masih nangkring di lenganku.
Ya Tuhan!!!! Air mataku hampir mengalir melihat si cicak yang menatapku penuh kekejaman.
Geleparan kedua lebih hot, aku hampir saja menabrak pembatas parit, dan memungkinkan terjungkal ke dalam parit Sei Raya yang hitam kelam tersebut.
Dan si cicak terlepas!

Aku tidak peduli bahkan ketika aku hampir menabrak truk yang akan melintas atau orang-orang di sekitar situ memperhatikanku saat menggelepar gila.
Yang penting si cicak nggak nangkring di lenganku lagi, itu saja!!!

Tetapi tiba-tiba aku dihadang oleh kengerian yang lebih mencekam.
Bagaimana jika ternyata... si cicak malah merayap ke baju atau celanaku?
Atau ternyata cicak laknat itu ngompreng di helm-ku?

Kemudian aku merasakan sensasi aneh, di bahuku.
Kayak ada yang merayap...

Aku memberanikan melirik kaca spion.

Ternyata... tali helm.

Tapi belum selesai begitu saja.
Aku pun memacu mobek dengan kecepatan tinggi, aku ingin bergegas sampai di rumah.
Dan sesampainya di rumah, aku berjalan ragu ke kamar... melirik kaca... akankah ada cicak yang mampir di pakaianku...

Nggak ada!!! Nggak ada, lho, NGGAK ADA!!!!!!

Rasanya seperti saat Indonesia merdeka dulu. Bebas, lepas...!

Aku pun dengan segera melepas cardigan durjana tersebut dan memasukkannya ke mesin cuci.


Pesan moral:

1. Jangan pernah mengabaikan pesan orang tua. Siapa tahu ada azab yang menantimu karena kedurhakaan itu.

2. Waspada cicak.

1 comment:

  1. Hwakakakakaka...
    Hwakakakakaka...
    Hwakakakakaka...
    Hwakakakakaka...
    Hwakakakakaka...
    mampus lu..
    (halah sok jakarte),,
    bale des..
    kalo aq tuw,,
    udah PINGSAN!
    Pasti! Tag diragukan lagi!!!
    Hiyahahahaha..
    -vie
    nb : comend kan 2 posting aq laa..

    ReplyDelete

What do you think?