Thursday, May 22, 2008

Balada Film Tercinta

Cerita ini dimulai kira-kira setengah tahun yang lalu, dimana guru bahasa indonesia-ku masih Bu Fatmawati yang gemar bercerita dan membangkitkan semangat menulis dan merupakan guru tingkat nasional; bukannya guru aneh tak punya cita rasa sastra dan nggak punya pendirian untuk bisa menilai pekerjaan muridnya sendiri serta cara mengajar yang benar-benar buku (hanya bedanya buku tidak berbicara atau tertawa garing), bernama Nunung, eh, maksudku, BU Nunung.

Saat itu aku masih murid kelas sebelas ipa yang polos, belum mengalami dendam kesumat atau kebencian mendalam atau kejijikan akut atau sesuatu semacam itu dalam kehidupan sehari-hari ku, terutama sekolah.
Aku merasakan sensasi aneh saat Bu Fat memberi tugas untuk semester depannya. Sensasi aneh itu bernama senang.
Cukup aneh mengingat bahwa nggak mungkin ada siswa SMA normal yang senang diberi tugas, bahkan yang schoolaholic sekalipun.
Tapi ini bukan tugas sembarang tugas. Tugas ini bertitel "Membuat Film". Ha.

Kira-kira aku bisa membuat alasan kenapa aku bisa menyukai tugas yang satu ini. Dan untuk menjelaskan hal itu, kita butuh daftar.

Alasan Kenapa Aku Menyukai Tugas yang Diberikan Oleh Seorang Guru di Sekolah dan Bukannya Mencak-Mencak Saking Kesalnya atau Melancarkan Aksi Mogok Sekolah

1.Karena tugas ini tugas membuat film. FILM. F-I-L-M. Pilem. (ejaan Melayu)
Maksudku, selama sisa hidupku di luar SMA nanti, kapan lagi, sih, aku bakalan bisa ngebuat film?
Aku nggak pernah punya cita-cita buat jadi sutradara atau ngambil jurusan sinematografi atau hal-hal semacam itu, jadi buatku ini adalah kesempatan sekali seumur hidup.
Seperti Ir. Soekarno yang memutuskan untuk menjadi Presiden RI yang pertama, membuat film juga momen sekali seumur hidup seperti itu, hanya saja tidak terlalu ekstrim dan mengubah hidup banyak orang.

2.Dapat pengalaman baru, yang bisa ku kenang bertahun-tahun kemudian (okeh, alasannya nyangkut-nyangkut masa depan melulu).
Suatu saat di masa depan, dimana aku dan teman-temanku mungkin udah nggak sama-sama lagi (karena aku di Jepang, ehem), nonton film ini mungkin bisa menjadi cara tepat untuk bernostalgia, bahkan hingga berurai air mata.
Kalau film itu film komedi, mmm, mungkin akan berbeda.

3.Berniat tulus dan mulia untuk memarakkan dunia perfilman indonesia yang bobrok.
Mungkin film yang kami buat bisa memenangkan penghargaan atau apa, dan membuat film itu diputar di bioskop-bioskop seluruh indonesia bahkan seluruh dunia (harapan semu, dan, omong-omong, komersil).

4.Satu-satunya kesempatan nampang, euy!
Mungkin suatu saat aku berteman dengan seorang artis yang sering main film, dan misalnya dia lagi nyombongin film-filmnya, aku tinggal bilang "Aku juga pernah main film, kok!" dengan wajah tak kalah sombong dan menang jelek.
Misalnya dia nanya film apa, diam aja, atau gigit lidah sekuat-kuatnya sampe berdarah-darah dan dilarikan ke rumah sakit biar nggak perlu menjawab pertanyaannya.

Begitulah, akhirnya satu kelas pun menyetujui tugas tersebut dengan janji akan selesai semester depan sehingga kita tinggal menonton bersama.

Tapi janji hanyalah janji, dan lidah tak bertulang.

Semester depannya, Bu Fat digantikan dengan guru bahasa indonesia kelas ips bernama Bu Nunung.
Dan di semester tersebut, kedok salah seorang anggota kelompok kami, telah terbuka dengan sangat lebar.
Saat itu, barulah aku merasakan apa yang disebut dengan dendam kesumat atau kebencian mendalam atau kejijikan akut atau sesuatu semacam itu; aku satu kelompok film dengan si Cemen.

Satu hal yang menguntungkan dari Bu Nunung, kami mampu membujuknya untuk menunda-nunda batas waktu pengumpulan tugas, karena, yah, selama satu semester sebelumnya, kami belum melakukan persiapan apapun. Memikirkan ide cerita juga tidak.
Tetapi pada akhirnya penundaan tak dapat ditolerir lagi, sehingga kami terpaksa memplagiat (MEMPLAGIAT, ha, betapa rendahnya), drama yang pernah Ovie dan Febi tampilkan waktu SMP, saking nggak ada idenya. Itupun setelah pergulatan yang panjang.
Maka gugurlah semua alasan yang kubuat untuk menerima tugas tersebut; lebih baik seandainya dulu tugas tersebut tidak kami terima.

Tapi bagaimanapun kami harus menjalaninya.
Hari-hari syuting yang panjang, melelahkan, dan cukup panas di telinga karena aku dimarahi ortu gara-gara pulang malam gara-gara syuting.
Belum lagi dilema gara-gara satu kelompok dengan si Cemen. Oh!!!
Kami nggak ada yang mau rumahnya didatangi oleh si Cemen, sehingga kami pun memutuskan untuk syuting di rumahnya, TETAPI APA YANG TERJADI???

Berhari-hari kami melakukan syuting di kediaman gadis itu, BERKALI-KALI, tetapi bayangkan saja, tak sekali pun--TAK SEKALI PUN--ia memberi kami minuman!!!
Nggak dikasih minum!!
Dia pikir kita onta yang tahan lama tanpa aer!! Dasar Arab pelit!!!

Kita bahkan beli minuman sendiri di depan rumahnya!! Ha!!
Ya ampun, manusia itu hatinya terbuat dari batu atau malah nggak punya hati, sih???
Kita juga bahkan membeli makanan sendiri dan dimakan di rumahnya!!
Tanpa piring, bener-bener cuma numpang makan, tanpa disediain apapun sama dia!!
Dasar makhluk upilan!!!

Okeh, udah-udah aja maki-maki si Cemen. Bikin suntuk aje.
Pokoknya, setelah perjalanan syuting yang panjang dan menyebalkan tersebut, akhirnya proses syuting pun selesai!! Hore!!
Bye-bye Cemen!! Bawa saja piring dan gelasmu ke alam kubur!!

Tapi tragedi datang kemudian. Hari ini tepatnya.
Hari ini ada acara di sekolah, namanya SBSB (Sastrawan Berbicara Siswa Bertanya), event nasional yang luar biasa garing bagiku. Dan menuai pro kontra bagi kelompokku.

Begini, di SBSB ada acara parodi yang diisi oleh anak-anak Snapycation (ekskul-ku! Tapi aku bahkan nggak tau kalo mereka bakal nampilin parodi. Kayaknya tanpa aku udah dikeluarkan dari keanggotaan, deh). Dan coba tebak apa yang mereka tampilkan.

Film kami!
Film yang kami plagiat itu!

Mampus. Film kami pasti bakalan basi.

Kami mulai menduga-duga, apakah ini Kutukan Si Cemen (baca: si Cemen ngedatengin sial) atau Azab Karena Cemen (baca: azab gara-gara men-sial-sial-kan si Cemen)?
Entahlah, yang manapun.
Film kami akan tetep basi.

Padahal film itu sudah cukup basi sejak Cemen bermain di dalamnya.

1 comment:

  1. hahaha..
    aq setuju 100% sama posting kw x ne!
    smuanyaa...
    wakakaka.
    -vie

    ReplyDelete

What do you think?