Wednesday, February 15, 2012

Rumput Tetangga

.... kelihatan lebih hijau dan segar. Mungkin memang lebih hijau dan segar. Mungkin itu merupakan rumput keturunan yang bagus, disilangkan dari rumput jenis ini dan itu, sehingga menciptakan rumput jenis baru yang kelihatan jauh lebih istimewa dari rumput-rumput lainnya.

Termasuk rumput di halaman rumah saya.

Kusam saja, hampir tidak berwarna. Kadang-kadang kering, dan terasa gatal ketika di pijak. Bahkan bunga-bunga tidak mau tumbuh diantara rerumputan tidak berharga ini--mungkin hanya gulma.

Sebab itu saya lebih senang dengan rumput tetangga. Mengagumi kesegaran dan hijaunya, ikut membantu membersihkan gulma ketika musimnya tiba, serta ikut mengingatkan sang tetangga kapan rumputnya harus dipotong dan dibersihkan. Ikut memuji-mujinya saat ia kelihatan cantik dari balik pagar ke jalan raya.

Sejujurnya saya iri pada tetangga. Kenapa rumputnya istimewa? Kenapa rumput itu bukan milik saya saja? Rumput saya jelek dan tidak membuat bangga. Lebih sering saya menjadikannya lelucon diantara teman-teman saat saya kehabisan bahan untuk bercanda.

Lalu hari ini saya iseng menatap hamparan rumput di halaman rumah saya yang lama tidak diperhatikan. Ia kelihatan semakin jelek, apalagi semenjak beberapa hari ini saya hanya peduli pada rerumputan di sebelahnya. Tidak bisa dibandingkan. Untuk apa lagi saya sirami dan saya pelihara, toh ia akan tetap jelek, seperti aslinya.
Tetapi.

Rumput tetangga selalu disiram setiap hari. Dibersihkan, diberi pupuk. Pemiliknya juga selalu cinta dan memuji-mujinya setiap hari. Apakah itu rahasianya kelihatan begitu indah dan cantik?

Awalnya rumput halaman saya juga cantik, mungkin. Saya sudah lupa. Saya terbutakan kekecewaan ketika rumput halaman saya tidak tumbuh sebagus yang saya inginkan. Lalu ia saya lupakan, dan perlahan-lahan tanpa sadar telah saya buang.

Wajar jika ia menjadi semakin jelek. Wajar jika ia tidak bisa dibanggakan. Saya tidak pernah berusaha berbuat apa-apa, menyirami, memberi pupuk, membersihkan, apapun. Ia cuma tumbuh seperti biasa di sana, sudah syukur tidak langsung mati kekeringan, atau apa.

Mungkin sudah seharusnya saya berhenti mengagung-agungkan rumput tetangga. Sampai kapanpun ia tidak akan bisa menjadi milik saya. Rumput halaman saya sendiri butuh disirami, dipelihara. Tidak akan jadi secantik rumput tetangga memang, tapi saya bisa berusaha. Setidaknya ia tidak lagi memalukan.

Setidaknya ia terselamatkan dari keringnya kematian.

10 comments:

  1. intinya harus merelakan??? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. terserah juga mau intrepretasikan seperti apa :D
      tapi niatnya sih mau menyampaikan kalo kita itu harus nerima apa yang kita miliki apa adanya ;)

      Delete
  2. curcol neng.. hihi XP

    ReplyDelete
  3. mirip dengan yang saya tulis d page sarkas zone saya.. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iya ya? *brb ngecek*
      bener ternyata.. great minds think alike hehe :D

      Delete
  4. ga usah dibandingin2kan mbak rumput tetangga dengan rumput sendiri...hehee,ga penting itu

    aku follow ya?silahkan berkunjung balik

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sih, cuma kadang-kadang ga tahan dan pengen ngebandingin haha

      makasih udh di follow, sip segera meluncur ke tkp :D

      Delete
  5. Anonymous12:00 AM

    dengan begitu, gak perlu capek2 ngerawat rumput tapi masih bisa nikmatin hijaunya rumput #eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya itu, bisa nikmatin emang enak, tapi punya rumput kan kebanggan tersendiri.. haha

      Delete

What do you think?