Wednesday, February 09, 2011

#4 Sebuah Percakapan di Layar

Sebuah percakapan di layar. Aku dan Chris, teman mayaku.

"Hei apa kabar?"

"Yah, tidak terlalu baik, beberapa hal terjadi di sekolah."

"Oh ya? Hal-hal seperti apa? Coba ceritakan kepadaku."

"Mm, mungkin ceritaku agak aneh. Mungkin kamu ingat aku pernah cerita sebelumnya, bahwa di sekolahku, kami dibagi menjadi beberapa kelas-kelas khusus untuk anak-anak dengan minat tertentu. Nah, aku salah satu yang bergabung di kelas musik. Di kelas musik ini, terdiri dari bermacam-macam orang, dengan minat dan genre musik yang berbeda-beda, tapi semuanya masih mencakup dalam genre-genre yang disetujui oleh pembimbing. Namun seperti yang kamu tahu, tidak semua anak sependapat dengan ini, karena kelas musik merupakan kelas minat dengan peminat yang paling banyak, jadi ada beberapa genre yang tidak mencakup dalam bahasan yang di bahas di kelas musik."

"Sampai saat ini belum ada yang aneh."

"Memang belum... Jadi selanjutnya, mereka lebih senang melakukan kegiatan musik mereka sendiri, terlepas dari kelas musik yang sebenarnya. Agak aneh memang, dan beberapa merasa terganggu."

"Kamu terganggu?"

"Terganggu? Tidak juga, kurasa. Mereka cuma melakukan hal-hal yang mereka mau, aneh memang, tapi tidak mengganggu aktivitas kelas musik yang biasa. Mm, kulanjutkan. Jadi mereka--yang berbeda--melanjutkan kegiatan mereka seperti biasa, namun beberapa anak yang terganggu mendatangi mereka yang berbeda...

... dan merobek-robek partitur yang sudah berminggu-minggu mereka kerjakan untuk proyek akhir semester."

"..."

"Untuk apa mereka melakukannya? Aku juga bingung. Maksudku, itu kan bukan urusan mereka. Toh guru pembimbing juga tidak pernah protes dengan kegiatan mereka-yang-berbeda lakukan. Dan yang membuatku tidak habis pikir, mereka, yang terganggu, beramai-ramai mengusir mereka yang berbeda keluar dari kelas. Ya ampun, kurasa itu sangat berlebihan.

Iya kan, Ren?"

"..."

"Ren?"

"Sebenarnya Chris, kamu belum menanyakan kabarku tadi. Dan kalau kamu bertanya, mungkin aku akan menjawab, aku tidak terlalu baik-baik saja."

"Maafkan aku... Ren? Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Tidak, tidak ada hubungan secara langsung denganku, sebenarnya, tapi ya, ini jelas menjadi perhatianku..."

"Maksudmu?"

"Kamu mungkin akan aneh mendengar cerita ini, ceritaku... tapi kamu harus percaya. Cerita ini mirip, ah, tidak, bahkan sama persis dengan cerita yang barusan kamu ceritakan padaku. Hanya saja... dalam skala yang lebih besar."

"Aku tidak mengerti."

"Ceritaku menyangkut hal-hal yang lebih besar, Chris; negara, kepercayaan, dan... nyawa manusia."

Malam semakin larut. Lampu modem masih terus berkedip-kedip.

Aku masih asyik bercerita pada Chris tentang keanehan bangsaku tercinta.

No comments:

Post a Comment

What do you think?