Friday, May 02, 2008

Dapatkan Banyak Dari Upacara

Tadi pagi aku menghadiri upacara bendera dalam rangka Hari Pendidikan Nasional di kantor gubernur.
Kami berbaris di samping barisan Satpol PP dan guru-guru dari berbagai sekolah.
Nah, diantara puluhan orang dewasa tersebut, ada beberapa orang yang aku dan Ovie anggap unik, dan yah, membuat tertawa. Mari buat daftar.

Berbagai Tipe Orang Dewasa Unik yang Kutemui

1. Bapak tusuk gigi.

Aku yakin Bapak Tusuk Gigi suka baca buku-buku detektif macam Sherlock Holmes atau novel-novel misteri karangan Agatha Christie, karena, ya ampun, gayanya ngulum-ngulum tusuk gigi dan bukannya mengorek-ngorek gigi dengan menjijikkan jelas-jelas menunjukkan bahwa Bapak Tusuk Gigi itu sok detektif.

2. Ibu kipas, dengan aksen mulut dimajukan.

Ibu Kipas berbaris tepat segaris dengan Elitha, dan, aduh, kayaknya nggak ada yang lebih menarik baginya dibanding mengipas dengan Aksen Mulut Dimajukan.
Oh, ya, sepertinya Bapak Tusuk Gigi dan Ibu Kipas berasal dari sekolah yang sama, karena Ovie sempat ngeliat mereka berdua ngobrol dengan akrab.
Atau mereka sepasang kekasih? (mm, kata 'kekasih' mungkin terdengar agak menjijikkan.)

3. Ibu alis-digambar yang galak.

Sinar matahari memang menyengat tadi pagi, sehingga anak-anak sekolahku (disini maksudnya anak kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 saja) nggak ada yang mau baris di bagian depan, dimana nggak ada pohon untuk tempat berteduh. Karena banyak yang ngumpul-ngumpul di belakang, kita pun asyik sendiri, dan mulai ngobrol-ngobrol nggak jelas (termasuk nyanyi 'Shall we dance.....' berulang-ulang bersama Febi) yang menimbulkan kasak-kusuk meresahkan. Si Ibu Galak Alis-Digambar pun ngomel-ngomel.
Peduli apa dia dengan kami, lebih baik dia memperhatikan alisnya, yang benar-benar nggak kelihatan alami, dan membuatnya terlihat seperti topeng bali.

4. Ibu buka-sepatu-karena-panas.

Ibu-Buka-Sepatu-Karena-Panas, berbeda dengan ketiga tersangka lain yang merupakan guru, adalah anggota Satpol PP. Mereka adalah dua orang (ya, ibu-buka-sepatu bukan hanya seorang, melainkan DUA orang) yang aktivitasnya (buka sepatu, tentu saja) tertangkap oleh mata jeli Febi.
Nilai moral yang bisa diambil: Kalau panas, buka saja sepatumu, niscaya akan terasa lebih sejuk.


Oh, ya, selain Satpol PP dan guru-guru yang berbaris di samping kiri kami, ada anak-anak SMA Santun Untan yang berbaris di samping kanan kami.
Nah, dari anak-anak Santun inilah aku dan Ovie dapat membuat daftar (lagi).

Fakta Orang Kampung (variabel: anak-anak SMA Santun Untan yang memang dikenal sebagai sekolah kampung)
1. Orang Kampung Suka Duduk

Ya, saat semua orang berdiri dalam barisan saat upacara, tiga perempat barisan anak kampung akan hancur, yang kemudian malah duduk-duduk di bawah pohon di belakang barisan atau duduk di tempat, atau bahkan berjongkok di tempat seperti akan buang hajat.

2. Cowok Kampung Suka Bergaya Sok Emo

Dengan poni panjang dan di lempar ke sisi sebelah wajah mereka.
Ya ampun, mungkin mereka pikir itu akan membuat mereka terlihat keren, tapi sayang sekali, itu hanya malah semakin menunjukkan kekampungan mereka. Kecuali mereka Toma, maka ceritanya akan berbeda.

3. Orang Kampung Suka Menaikkan Kerah Baju Mereka

"Kayak drakula,"komentar Ovie.
Tidak, drakula masih lebih bagus daripada mereka.
Dengan kerah dinaikkan seperti itu mereka terlihat seperti, mm, ya, orang kampung.

4. Cewek Kampung Suka Berbedak Tebal

Kenapa mereka suka berbedak tebal? Apa mereka nggak sadar, kalau menutupi wajah dengan bedak setebal salju itu norak?
Nggak, jawab Ovie.
Mereka nggak akan sadar, karena satu sekolah isinya begitu semua.

5. Orang Kampung Berbicara dengan Bahasa Kampung

Mm, bukannya orang kampung punya bahasa khusus untuk mereka saling berkomunikasi, tapi, mereka punya logat khusus yang aneh.
Yang saat aku dan Ovie mendengar seorang cowok berbicara dengan logat tersebut, kami langsung yakin seratus persen cowok itu orang kampung.

Okeh, kali ini nggak akan ada daftar lagi.
Nah, setelah upacara, kami memutuskan untuk minum entah apa, untuk melegakan dahaga gara-gara sekolah pelit yang nggak nyediain minuman buat anak muridnya yang hampir dehidrasi (karena kebanyakan ngerumpi, tentu saja).

Setelah perjalanan panjang (aku dan Ovie terpisah dari temen-temen yang lain) akhirnya kami pun berkumpul di warung es krim (atau apapun namanya) St. Petrus.
Tapi saat hendak memesan, dengan semena-mena salah satu abang penjualnya bilang kalo es krim-nya belum ada, jam sepuluh baru jadi. Sedangkan saat itu baru jam setengah sepuluh.
Kita pun berasa dalam dilema antara ingin segera minum atau pengen makan es krim.
Akhirnya kita pun menyerah dan akhirnya mesen minuman lain selain es krim.

Sambil minum, kita pun cerita-cerita nggak jelas, seperti yang biasa dilakukan cewek-cewek kalo lagi ngumpul.
Aku pun menceritakan secuil cerita dari perjalananku ke pantai.

Begini ceritanya. ( Ket: A=Aku, D=Dedek, O=Om Mul. Percakapan berikut ini ditulis dengan bahasa Indonesia, bukannya Melayu seperti kejadian sebenarnya)

A: (ngeliat bus dengan tulisan 'Bento' di belakangnya) Mm, ternyata orang Kalbar mantap juga bisa bahasa Jepang , yah.
D: Hah, memang tau dari mana?
A: Tuh, ada tulisan bento di bis ituh. Bento kan bahasa Jepang.
O: Bento artinya 'Benteng Soeharto'.
A: Oh.. Pantes. Nggak mungkin lah bento-nya bahasa jepang.
D: Masa sih? Berarti Hoka Hoka Bento tuh, Hoka Hoka Benteng Soeharto?

Selesai menghabiskan satu gelas, tiba-tiba kita menyadari kenyataan yang menyakitkan.
Es krim-nya udah ada.
Abang itu pembohong, katanya jam sepuluh, tapi baru jam sepuluh kurang lima belas es krimnya udah ada. Grrrk.
Kita pun kembali dalam dilema: apakah harus membeli es krim lagi? Atau tidak?
Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya kita memutuskan untuk membeli es krim, tapi hanya 2 porsi, dengan sendok enam (miskin).
Aku dan Astri sukanya vanilla atau nggak stroberi, jadi pilihannya antara dua itu.

Waktu Ovie dan Febi mesen, abangnya bilang cuma ada rasa cokelat.
Aku dan Asutarin pun langsung berontak, dan teriak-teriak kesal, "Nggak suka cokelat!" yang dibalas dengan sangar (okeh, ini berlebihan) oleh Echa dan Arta, "Cokelat aja! Aku suka cokelat!"
Ovie pun berkata pada abang itu, "Gimana, pada nggak suka cokelat, nie."
"Iya," jawab abang itu. Hanya sebuah 'iya'!
Terima kasih sudah menjwab dengan sangat baik.

1 comment:

  1. des..
    setelah, melihat postingmu..
    aku mengurungkan niat untuk menulis posting yang sama denganmu..
    takut terkontaminasi bahasamu..
    jadi..
    nice posting, folk!

    ReplyDelete

What do you think?