Wednesday, April 09, 2008

Benci=Cinta?

Pernah punya orang yang dibenci?
Rasanya semua hal yang dilakukan orang yang kita benci itu selalu buruk, salah, pokoknya sampah deh. Apapun yang dikatakannya membuat kita membuang muka. Kalau dia ikut tertawa bersama kita, maka kita akan berhenti tertawa. Waktu dia menyukai lagu kesukaan kita, kita jadi nggak suka lagu itu lagi. Saat dia menjawab pertanyaan guru, kita bilang banyak lagak dan sok tahu. Misalnya dia nggak tahu tentang sesuatu hal, maka kita bilang dia nggak berwawasan luas.
Dan yang paling utama: saat ia berada di dekat kita, sebisa mungkin kita mencari alasan untuk menjauh darinya.
Um, kayaknya agak subjektif yah, yang kutulis di atas. Mungkin karena,ya, saat ini aku sedang membenci seseorang.
Dan jangan salah, yang benci sama orang itu bukan aku seorang, melainkan hampir seluruh siswa di kelasku. Ha. Coba bayangkan.
Ada yang bilang kalau kita terlalu benci dengan seseorang, maka lama-lama kelamaan tanpa kita sadari kita akan mencintai orang itu.
Mmm, benarkah? Bagiku: nonsense.
Ya ampun, yang namanya benci ya benci. Cinta ya cinta. Benci dan cinta adalah dua hal yang sangat berbeda.
Yah, kadang aku sedikit (sekali lagi, SEDIKIT) merasa kasihan kepada si dia yang dibenci ini, karena teman-teman menjauhinya (well, termasuk aku) dan membuat organisasi khusus yang dibentuk untuk menggalang kekuatan antara orang-orang yang tidak menyukai dirinya.
Mungkin terdengar berlebihan, tetapi itulah yang terjadi.
Tapi apa yang terjadi pada dirinya? Dia bersikap seakan tidak terjadi apa-apa. TIDAK ADA APA-APA!
Maksudku, aduh, orang bodoh pun mungkin akan sadar kalau dia tidak disukai jika saat ia berteriak "tunggu!" orang yang dia minta tunggu malah berlari sekencang-kencangnya. Kenyataannya, dia pintar. Tetapi dia tidak sadar. Mm, apa pantas dia disebut bodoh?
Kami membencinya bukannya tanpa alasan. Hanya saja saat kami menyadari bahwa kami membencinya, alasan untuk membencinya terus menerus bertambah banyak seperti cendawan di musim hujan.
Selanjutnya... wah, aku nggak bisa membayangkan bagaimana problematika ini akan berlanjutan di kelasku tercinta.
Akankah dia menyadari kenyataan yang sebenarnya?
Ataukah ia akan bertahan dalam lumpur ketidaktahuan?
Entahlah. Tapi mungkin dalam minggu-minggu ini, semuanya akan terungkap.

1 comment:

What do you think?