Namun
otakmu tak bisa berhenti membuat asumsi-asumsi mengerikan. Rekonstruksi kejadian
cepat berputar di kepalamu, lalu sedikit demi sedikit, muncul lah bukti-bukti
yang menguatkan teori itu.
Pada akhirnya, benang kusut itu pun akhirnya kau uraikan. Tentang kejadian sebenarnya, kau akhirnya tahu. Kau tahu terlalu banyak dari yang sebenarnya kau perlu.
Seperti bahwa... pisau itu milikmu. Kau yang memberikan benda itu padanya, meski tanpa kau sadar dan sengaja. Kau pikir itu akan membuatnya senang dan menemaninya di kala bosan.
Tapi pisau itu cuma melukainya. Goresan-goresan kecil yang memberi sensasi ketagihan, yang kemudian melunjak menjadi tikaman-tikaman tajam. Ia bunuh dirinya. Karena pisaumu. Karenamu.
Ketika kesadaran atas semua ini menerpamu, semuanya sudah terlambat. Ia sudah mati. Meski kau hidup, masih, bersikap seakan tanpa dosa.
Lalu selanjutnya tak pernah terpikirkan olehmu.
Pisau yang sama. Kering darah, bau amis.
Perlahan-lahan, awalnya tanpa sadar, kau mulai menusuki dirimu sendiri dengan pisau tersebut.
Berpikir; Karena tak seharusnya kau biarkan hidup, sesuatu yang sejak awal tak pantas bernyawa.
No comments:
Post a Comment
What do you think?