Entah patut dibanggakan atau tidak: aku mampu mengenalinya dari kejauhan, bahkan di tengah kerumunan orang. Di mataku ia tampak bercahaya, sehingga dengan mudah aku mengikuti sosoknya yang ramping menyelinap di celah-celah keramaian. Bibirku mulai menyunggingkan senyum yang tidak bisa ditahan.
Pertemuan.
Aku bertemu dengannya beberapa kali dalam sehari. Kebanyakan hanya papasan singkat di jalan, disertai anggukan singkat dan senyuman tipis seadanya. Ia tahu namaku dan aku tahu namanya. Hubungan yang sangat kasual dan sederhana.
Belakangan, rasanya ada yang kurang. Raut wajahnya tampak tak fokus saat kami berpapasan, sehingga jangankan balas menyunggingkan senyum, ia mungkin tak sadar bahwa aku sedang menatapnya dengan senyum terbaik yang ku punya. Ia hanya berlalu, lewat begitu saja, dan yang kudapat hanya samar-samar bau parfumnya.
Aku tidak pernah meminta banyak. Hanya sedikit senyum dan sapaan singkat sudah jauh lebih cukup. Tetapi ketiadaan keduanya membuatku merasa kehilangan yang besar. Satu bagian rutinitas mendadak menghilang. Satu bagian hati rindu memuja. Dan satu hal yang kutahu; aku harus melakukan sesuatu.