Saturday, October 26, 2013

Monolog Sabtu Sore

Jadi bingung hari Sabtu dan Minggu mau ngapain. Sudah dua minggu ini ikutan lembur di kantor, tapi masih saja punya stok berjam-jam bengong di kamar sambil menatap layar laptop. Sedihnya tinggal di rumah ya ini; uang ada tapi nggak tahu harus dihabiskan ke mana. Hahaha, kedengarannya sombong, ya. Tapi kurang lebih memang begitu. Kebalikan banget dengan waktu masih di ibukota.

Bersyukur aja, Mik.

Iya, saya bersyukur banget loh. Bisa magang homebase, jadi nggak perlu mengeluarkan biaya tambahan buat ngekos ataupun makan di luar. Bisa puas-puas peluk Mama atau nonton bola bareng Dedek dan Papa. Jarak rumah ke kantor juga nggak terlalu jauh, sehingga kalau berangkat pukul 7.20 pagi juga masih nggak telat absen fingerprint. Belum lagi lingkungan di tempat kerja sangat-sangat-sangat kecil berpotensi membuat capek hati. Orang-orangnya baik dan asyik pake banget. Malah saya pernah berbincang personal dengan salah satu ibu AR dan mendapatkan banyak sekali petuah hidup yang patut dijadikan pedoman. Salah satunya: cara supaya suami nggak bakal kepikiran untuk cari wanita simpanan. (Want to know? Just message me. ;) ) 

Kenapa masih mengeluh?

Apa, ya... Hmm. Namanya juga manusia, selalu saja punya celah untuk dikeluhkan. Kali ini, kurangnya hiburan yang harus jadi kambing hitam. Resiko tinggal di kota kecil, ada keterbatasan sarana hiburan. Cuma ada mall, alun-alun yang terlalu ramai dan banyak alay, dan entah apa lagi. Nggak ada gunung atau pantai. Dan yang lebih parah lagi: nggak ada teman! Sebenarnya ini yang paling fatal. Mengutip commercial tagline Malaysia Airlines sih, "Journeys are made by the people you travel with." Mau tempat se-dull apapun kalau barengannya asyik ya bakalan asyik juga. Masalahnya, teman-teman paling asyik saya nun jauh di sana. Lalu saya harus sama siapa? Ada, sih, teman yang di sini. Tapi kesibukannya beda, sehingga jadwal juga susah match. Belum lagi topik obrolannya yang sudah susah nyambung.

Lah. Sebenarnya, solusinya sudah kamu sebutkan sendiri, kok, Mik. 

I-iya juga, sih. Teman lama, kan? Justru dengan teman lama, malah makin banyak topik yang bisa dibicarakan karena lama nggak bertemu atau bertukar kabar. Saya nya aja yang malas, gengsi, dan enggan menghubungi duluan untuk menyusun jadwal ketemuan. Padahal, kan, menyambung silaturahmi itu salah satu bentuk ibadah.

 Bagus deh kalau sudah mengerti. Oh iya, satu lagi, kamu kan punya hobi. Menulis, misalnya.

Ups. Untuk yang satu ini saya cuma bisa sembunyi dibalik tumpukan draft posting, cerpen, novel, dan draft-draft yang lainnya. Saya lupa caranya nulis! Bukannya dulu pernah bisa, sih. Tetapi apa ya, passion-nya itu kok, rasanya perlahan-lahan meredup. Apa karena sekarang saya sudah jarang-jarang baca buku, ya? Masih banyak buku yang belum selesai di baca di samping tempat tidur. Padahal dulu sebulan saja bisa habis berbuku-buku. Otak saya mengkerut. Huft.

Nah, ternyata banyak kan yang bisa kamu lakukan biar nggak bengong di Sabtu-Minggu? Apalagi yang mau dikeluhkan?

Hehehe. Iya. Terima kasih sudah diingatkan. Sebenarnya saya sudah tahu, tetapi berubah jadi ketidaktahuan karena ditumpuk sejuta alasan. Mengeluh itu nyaman, tetapi sama sekali tidak mendewasakan. Pada akhirnya, hanya diri sendiri yang bisa menyadarkan. Termasuk dengan monolog bodoh yang dengan pedenya saya publish di blog personal. 

Ah, itu kan alasanmu saja buat kejar setoran postingan.

Duh, ketahuan. Tapi saya janji akan mulai menulis lagi, meski hanya flashfiction bodoh dan gombal seperti biasa. Daripada bengong, kan, ya.