Sunday, June 17, 2012

Dunia Orang Dewasa

Nah, mari ucapkan selamat dulu kepada saya yang sudah berhasil survive selama seminggu di dunia perkantoran yang kejam dan akhirnya mampu menulis lagi di blog yang sudah bau debu karena lama ditinggalkan ini. Banzai!  

Sejujurnya, dunia perkantoran tidak sekejam yang saya bayangkan. Oke, sedikit, terutama ketika saya disuruh mengangkut map-map berdebu yang harus ditulisi dan disortir dari ruang berkas, persis tukang angkat-angkat di pelabuhan. Tetapi selain itu, kehidupan saya di kantor bahkan bisa dikatakan cukup menyenangkan. Serius loh, dan saya bukannya sedang di bawah todongan senjata siapa-siapa.


Hari pertama mungkin sedikit awkward, eh, atau bahkan sangat. Masuk ke kantor, celingak-celinguk persis anak hilang (atau alay yang nonton Dahsyat), berpakaian putih-hitam diantara pegawai-pegawai yang beratasan biru dan bawahan gelap, lengkap dengan kalung KTM kuning dan biru sesuai spesialisasi masing-masing. Belum-belum saya sudah merasa tidak diterima di sini. 

Setelah naik ke lantai dua (dengan tangga, karena belum berani pake lift, takut dikira penjaga pintu lift) dan meminta bertemu Kasubbag Umum, akhirnya kami ditempatkan di ruang rapat bersama sang ibu kasubag dan pak kepala kantor. Langsung canggung. Mau melipat tangan, takut kayak anak SD. Mau nyandar di kursi, takut dikira lagi di warung kopi. Akhirnya saya terpaksa duduk tegak, hitung-hitung biar kelihatan agak tinggi.

Pak kepala kantor adalah seorang bapak-bapak berpenampilan tipikal pejabat; memakai kemeja yang tampak mahal dan dasi yang matching, dengan badan agak gemuk serta muka ramah yang entah kenapa terasa familiar. Entah bapak ini pernah jadi bintang iklan pajak atau apa, tetapi rasanya kok wajahnya kayak sering nongol di tipi, ah, atau mungkin cuma perasaan saya saja. Untungnya, bapak ini memang seramah kelihatannya. Beliau kemudian menjelaskan dengan singkat kegiatan kami selama sebulan di sini, menyebutkan beberapa peraturan termasuk juga soal pakaian yang ternyata harus mengikuti kebijakan kantor (yaay, tidak akan salah kostum lagi) serta mengingatkan bahwa dalam proses pengumpulan data untuk penulisan laporan kami nanti, akan ada batasan-batasan yang tidak boleh kami langgar terkait rahasia jabatan. Oke, begitu saja, lalu beliau pun pamit undur diri, meninggalkan kami dengan ibu kasubag yang akan memberikan penjelasan lanjutan.

Skip bagian selanjutnya, dan tiba-tiba kami sudah ditempatkan di bagian masing-masing. Tidak ada rolling. Jadi selama sebulan penuh, kami akan mengabdi di satu bagian yang sama. Dan buat saya dan Kat, tempat kami mengabdi ini bernama Seksi Pelayanan. Hari pertama, seperti yang sudah saya sebutkan, diisi dengan angkut-angkut map, menulisi, dan menyortirnya. Kami bekerja seperti kesetanan. Menyortir dengan kecepatan waria dikejar SatPol PP. Menulis seperti sedang menyontek waktu ulangan. Dokumen-dokumen yang bertumpuk tidak manusiawi dalam satu keranjang setrikaan akhirnya selesai dalam dua hari. 

Soal kerjaan, jangan ragukan kemampuan kami yang mumpuni. Tetapi coba tanyakan soal sosialisasi. Hari pertama, kami sukses belum kenalan dengan siapa-siapa, selain Mbak Santi, seorang pegawai magang, lulusan kampus kami tahun lalu, sehingga mungkin merasakan penderitaan kami yang bagai anak ayam kehilangan induk dan kemudian mengajarkan kami banyak hal dengan baik hati. All hail Mbak Santi!

Namun di hari-hari berikutnya, kasta kami membaik. Sudah mampu bersosialisasi, meski sedikit. Sudah kenalan, sudah hapal nama-nama pegawai di Seksi Pelayanan. Sedihnya, ada berita duka cita di hari ketiga. Salah seorang pegawai di Seksi Pelayanan, seorang bapak yang ramah dan sering menyapa, berpulang ke Rahmatullah di hari sebelumnya. Innalillahi wa innailaihi rojiun. 

Jadi, begitulah. Kalau ada yang bertanya saya sudah bisa ngapain saja, hidung saya bakal kembang kempis dengan bangga. Saya sudah memperhatikan banyak hal, belajar banyak hal. Dan bagian terbaiknya, ini baru satu minggu! Bayangkan, apa yang akan kami dapatkan dalam waktu sebulan?