Sunday, February 08, 2009

Hanya Sebentar

Okeh. OKEH.
Saya ngaku kalo saya bukannnya 'hanya sebentar' minggat dari blog inih. Atau bahkan mungkin ada yang mengira saya mati?
Tapi saya yakin lebih banyak yang nggak peduli.

Mungkin nggak akan ada yang mau yang dengar alasan saya, tapi siapa peduli, ini toh blog saya, kalopun saya mau copy paste artikel terbaru di wikipedia yang sepanjang-panjang sarung ronda pasti nggak bakal ada yang marah. Nggak ada yang mau repot-repot marah tepatnya.

Em, sebenarnya saya lama nggak nulis karena sibuk. Sumpah deh.
Jadi siswa tahun terakhir di es-em-a tuh bener-bener melelahkan!!
Tugas numpuk ngalah-ngalahin sampah di TPA (lebay), dan bimbel bener-bener ngajak pingsan bareng. Malah kalo ada try-out bisa lebih menyenangkan, karena jadi nggak perlu ada kegiatan belajar-mengajar yang luar biasa melelahkan, cuma diganti beberapa jam pendek untuk ngebulet-buletin LJK semao hati. (kisah nyata. Saya nggak nyentuh sama sekali buku pelajaran di rumah untuk belajar sebelon try out, dan liat hasilnya. Kecuali bahasa indonesia dan bahasa inggris, nilai mata ujian yang lain kebakar habis semua.)

Jadi, yah, karena itu. Tetapi saya masih terkena demam membaca. Selama meninggalkan blog, saya terkena musim Twlight Saga yang seri terakhirnya, Breaking Dawn, baru diterbitkan dalam bahasa indonesia 31 Januari kemaren. Dan saya udah beli dong.
Bukannya saya suka-suka banget yah sama si te es (Twilight Saga, pen.)ini, karena omong-omong ceritanya agak-agak dipaksakan. Dan, te es bukan novel dengan tema yang saya sukai, yaitu roman (atau apa namanya? mana saya tahu).


Nah. Sebenarnya saya menulis judul 'Hanya Sebentar' itu sama sekali bukan untuk basa-basi.
Sebenarnya saya membicarakan masa SMA saya yang akan berakhir dalam beberapa puluh hari lagi.
Ah, memikirkannya membuat saya merasa sedikit sedih.
Maksudnya, yah, kelas saya mungkin bukan kelas paling asyik di dunia, tetapi tetap saja. Bersama-sama selama dua tahun berturut-turut membuat saya punya banyak pengalaman yang nggak terlupakan bersama mereka semua.
Well, termasuk tentang si Cemen.

Memang banyak hal menyebalkan tentang dia, dan hampir-hampir semua yang menyebalkan berarti dia, tetapi saya sadar bahwa keberadaannya nggak selamanya mendatangkan keburukan buat kami semua.
Ah, udah lama ya... mari buat daftar.


5 Alasan Mengapa Keberadaan Si Cemen Bisa Dikatakan Tidak Terlalu Menyebalkan Juga Bagi Kami Teman Sekelasnya

1. Kelas jadi kompak.

Bener! Pada awal kelas 11, kami satu kelas bener-bener cuma terdiri dari kelompok-kelompok yang saling lepas, dan rasanya nggak pernah kelihatan seperti satu kesatuan.
Tetapi sejak kami sadar kalo dia itu menyebalkan dan semua orang tuh berpendapat sama, maka kami perlahan-lahan mulai menyatu, dengan satu semangat yang sama: no Cemen!

2. Punya bahan pembicaraan.

Ngobrol sebanyak-banyaknya sampe nggak ada bahan omongan lain kayaknya jarang terjadi buat kami. Sebut saja namanya, maka pembicaraan pun menjadi lancar... dan bahan pembicaraan rasanya mengalir terus nggak ada habisnya.

3. Ajang Menyalurkan Kemarahan.

Tau deh Si Cemen, setiap tingkah lakunya pasti jadi jelek di mata orang-orang, dan bikin sebel. Jadi kalo kita lagi sebel, maki-maki aja Si Cemen yang jadi kambing hitam, pasti nggak ada yang protes! (saya nggak tau ini terjadi pada semua orang atau tidak, tapi setidaknya, i do.)

4. Terhindar untuk menjadi pribadi yang menyebalkan.

Kalo kita aneh-aneh ato resek-resek dikit aja, pasti langsung di komen 'ih, resek kau ni, macam Si Cemen!', dsb, yang pengaruhnya luar biasa besar. Kita akan berusaha agar tidak disamakan dengan gadis itu, dan akhirnya bertingkah laku lebih baik.

5. Sebagai pelajaran.

Si Cemen adalah cewek yang sangat cantik, berbanding terbalik dengan kepribadiannya yang... luar biasa.
Dari semua itu, kami para cewek, termasuk aku, akan sadar bahwa kecantikan sama sekali bukan segalanya.
Dan para cowok akan sangat menghargai inner beauty.


Um, tapi bukan berarti saya mendukungnya yah. Saya punya stok kejelekannya yang 3x lipat lebih banyak dari kelebihannya.

Saya percaya karma, dan karma itu akan datang ke kami semua, atau paling tidak saya.
Mungkin saat saya kuliah nanti, atau saat berkarir... entahlah. Tapi saya yakin saat itu, Si Cemen lah yang tertawa.